Ilustrasi pelecehan seksual kepada anak dibawah umur |
MATA MARHAEN, POLMAN- Kronologi singkat pelecehan seksual yang dilakukan ustad Zu pimpinan pondok pesantren kepada santrinya di pesantren Surga Religi Polewali Mandar Sulbar.
Dwi Bintang Fajar salah satu relawan yang mengawal kasus ini mengatakan Usia korban 16 tahun, baru satu minggu mondok di sana. Tanggal 24 Juni korban dan sepupunya hendak ke kantin dan lewat di depan kamar si pelaku. Tiba-tiba korban dipanggil oleh si pelaku masuk ke dalam kamar dan meminta sepupu korban menunggu di depan. Di dalam kamar yang pintunya sudah dikunci, korban awalnya diajak ngobrol biasa lalu diberi uang 100 rb kemudian pelaku meminta korban memijatnya. Berlanjut diminta buka baju lalu dilecehkan (saya tidak ingin detail menjelaskan apa saja yang diperbuat pelaku karena sangat menjijikan).
Sehabis dilecehkan, korban langsung kembali ke kamarnya. Ia menangis dan semalaman tidak bisa tidur karena syok. Keesokan harinya korban berusaha kabur bersama sepupunya. Selepas Dzuhur korban dan sepupunya berhasil kabur dari pesantren setelah dibantu oleh temannya yang sudah mengetahui kejadian ini. Korban dan sepupunya jalan kaki menempuh perjalanan cukup jauh mencari kendaraan berbekal uang dari pelaku. Lokasi pesantren ini memang cukup jauh dan terpencil jadi akses kendaraan umum masih jarang. Korban yang sebelumnya tidak pernah bepergian jauh kabur dalam keadaan syok dan trauma, saya tidak bisa membayangkan bagaiaman kondisinya saat itu. Kata Dwi Bintang Fajar dalam rilis keterangan yang di terima pada, Minggu. ( 16/07/2023)
Tanggal 4 Juli, orang tua korban baru berani melapor setelah ada teman-teman dari yayasan peduli kemanusiaan mendampingi. Sampai hari ini korban masih trauma. Ketika tiba di sana, saya menyaksikan mata ibunya masih sembab, ada sorot mata yang tajam mengisyaratkan ia tak baik-baik saja atas kejadian ini. Korban bahkan tidak ingin ditemui orang-orang. Ia masih sering muntah dan meledak ledak emosinya saat ada yang mencoba bertanya keonologinya. Bahkan sampai hari ini korban belum bisa kembali sekolah. Ungkapnya
Dalam rentan waktu satu minggu lebih sebelum kasus ini dilaporkan, sama sekali tidak ada itikad baik dari pelaku meminta maaf. Bahkan saat sudah ditetapkan sebagai tersangka pada konferensi pers, alih-alih menyesal dan meminta maaf ke korban, pelaku justru pongah dan PD bisa masuk surga sendirian. Barulah ketika akun lambe turah memblow up kasusnya di ig, pihak keluarga dari pelaku mendatangi orang tua korban meminta upaya damai. Padahal dalam keterangan pelaku, korban bukan hanya satu tapi ada 7 santri. Masihkah ini bisa di maafkan dan dianggap khilaf? Sampai hari ini masih banyak sekali fans fanatiknya yang membela di media sosial.ucapnya
Besar dugaan kami dari saksi-saksi yang bisa dipercaya, korban tidak hanya sampai 7 orang tapi hampir 70% santri menjadi korban. Hanya saja banyak saksi yang tidak berani berbicara karena keamanan dan keselamatannya. Kami berharap kasus ini diusut tuntas. Kemenag Polman mau membentuk tim satuan tugas dengan melibatkan pihak terkait melakukan investigas ke semua santri, pengelola, dan tenaga pengajar guna menemukan korban-korban lain agar mendapatkan pendampingan pemulihan traumatik. Sehingga tidak ada lagi bibit-bibit predator baru yang awalnya hanya menjadi korban lambat laun bisa menjadi pelaku karena traumatik yang belum sembuh.
Saat ini kasusnya masih ditahap penyidikan. Kami berharap kasus ini mendapat banyak perhatian dan tekanan dari publik agar dipersidangan nanti hakim memberi putusan vonis seberat-beratnya untuk memberi keadilan kepada para korban. Jangan biarkan pihak dari pelaku melakukan lobi ke aparat yang dapat meringankan hukumannya. Bantu kami mengawal kasus ini. Jangan biarkan kami berjuang sendiri. Tutupnya.
This post have 0 comments
EmoticonEmoticon